Mahfudzot ( Kata Mutiara Bahasa Arab )
Disunting Oleh : Zahirul Umam, S.Pd
Cahaya Allah Tidak Diberikan kepada Pelaku Maksiat
Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
شكوت إلى وكيع سوء حفظي … فأرشدني إلى ترك المعاصي
وأخبرني بأن العلم نور … ونور الله لا يهدى لعاصي
“Aku mengadukan kepada Waki’ atas jeleknya hafalanku
Lalu menunjukkan kepadaku untuk meninggalkan maksiat
Dan mengkabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
*Waki’ adalah guru dari Imam Syafi’i
(Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i hal 87)
Nasihat Imam Syafi’i kepada para penuntut Ilmu
Disunting oleh : Zahirul Umam. S.Pd
Inilah nasehat yang dulu dipegangi dengan kuat dan mengantarkan banyak orang meraih manfaat menuntut ilmu. Mari sejenak kita perhatikan:
أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَاٍ بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَان
“Saudaraku, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan rinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) bersungguh-sungguh, (4) dirham (kesediaan keluarkan uang), (5) bersahabat dengan ustadz, (6) memerlukan waktu yang lama.”
Inilah sikap mental yang seharusnya kita tanamkan kepada anak didik kita. Siap berpayah-payah, semangat bertekun-tekun belajar.
Sesungguhnya yang dimaksud dirham bukanlah banyaknya harta, tetapi terutama kesediaan/kerelaan hati mengeluarkan uang untuk meraih ilmu. Berpijak pada nasehat yang ditanamkan di awal belajar, lapar itu lebih disukai santri asalkan dapat membeli buku. Sikap ini saya pegang saat kuliah. Bukan untuk nyentrik jika kuliah pakai kresek (kantong plastik belanja). Tapi karena buku lebih utama.
Teringat kawan-kawan masa kecil yang cemerlang. Mereka justru akrab dengan rasa lapar. Tetapi mereka amat bersemangat. Lapar kerap jadi pilihan karena mendahulukan ilmu dan mereka justru menjadi cemerlang justru karena itu. Perhatian hanya tertuju pada belajar. Tidak disibukkan oleh urusan makanan. Maka sulit saya memahami penjelasan “sebagian ahli”: tidak sarapan sulitkan belajar
Bersahabat dengan Ustadz bukan karena mengharap nilai yang bagus, tapi untuk meraup ilmu yang barakah dan berlimpah. Dulu kesempatan memijat ustadz merupakan kesempatan penuh manfaat. Memijat merupakan kesempatan mendengar limpahan nasehat ustadz. Ini bukanlah soal joyful learning. Justru ini soal kesediaan berpayah-payah demi meraih ilmu yang lebih utama. Ada semangat di sana.
Bersahabat dengan ustadz bahkan tak hanya terkait kesempatan meraup kesempatan lebih banyak untuk memperoleh curahan ilmu darinya. Lebih dari itu adalah ikatan jiwa antara murid dan guru. Teringat, ketika guru sakit, sedih sekali perasaan ini & bersegera mendo’akan. Ikatan semacam ini menjadikan kehadiran guru senantiasa dinanti dan tutur katanya didengarkan sepenuh hati. Inilah bekal amat berharga.
Ketika murid benar-benar memiliki keterikatan hati dengan guru, cara mengajar yang monoton pun tetap membangkitkan antusiasme. Sebaliknya, ketika guru semata hanya mengandalkan metode mengajar, cara yang atraktif pun tak jarang hanya memikat sesaat di kelas. Murid betah mendengarnya karena menarik dan lucu, tapi tak menumbuhkan antusiasme untuk belajar lebih serius di luar kelas. Apalagi jika salah memahami istilah belajar tuntas sehingga seakan tak perlu lagi belajar setiba di rumah, bahkan hingga tertidur pulas di malam hari. Padahal antusiasnya anak belajar sepulang sekolah merupakan salah satu tanda belajar otentik. Jika kita sangat meminati sesuatu, sakit pun tak menghalangi untuk menekuninya.
Maka membekali murid dengan menumbuhkan sikap percaya kepada guru, hormat serta ikatan emosi dengan guru amat mendesak dilakukan. Dalam hal ini, kita dapat membincang dari kacamata efektivitas pembelajaran. Tapi saya lebih suka melihat dari segi kebarakahan belajar. Masalah “barakah” memang terasa makin asing dalam pembicaraan tentang pendidikan, hatta itu sekolah Islam. Padahal ini sangat penting.
Prinsip lain yang dinasehatkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah bagi penuntut ilmu adalah طُوْلُ زَمَان (memerlukan waktu lama). Seorang santri (murid) harus menyiapkan diri menghabiskan waktu yang panjang untuk mencapai pemahaman yang mendalam terhadap ilmu.
MATEMATIKA ALLAH
Kemarin sore saya kedatangan tamu seorang ustadzah yag akan mengisi acara pengajian di komplek tempat kami tinggal. Beliau adalah seorang pengganti dari usstadzah kami yg berhalangan hadir . Wanita bersahaja itu datang cukup jauh dari tempat tinggal kami , beliau berkenan mengisi majelis taklim dengan tanpa bayaran ..Gratis loh
Sambil menunggu teman-teman yang lain datang kami pun berbincang bincang . Beliau berusia 47 tahun dengan 8 anak.dimana suaminya sudah meninggal dunia karena kecelakaan. Dan wanita itu seorang ibu rumah tangga biasa.
Di dalam acara pengajian tersebut ,wanita itu menceritakan tentang keluarganya. Suaminya meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan 8 anak yang paling kecil usia 2,5 tahun . Suaminya adalah seorang yg sholeh dan senamg membantu orang lain yg sedang kesusahan. Bahkan dengan uang pas pas an mau berbagi dengan teman atau tetangganya yang terkena musibah .Bukan mau pamer cuma ingin berbagi kisah , suamoga bisa diambil hikmahnya. karena ketika suaminya meninggal dunia . uang takziah yang terkumpul mencapai 100 juta rupiah.Masha Allah …. disinilah Allah mengganti atas kebaikan suamimya denagn berlipat lipat .
Uang 100 juta itu di gunakan buat biaya pemakaman, tabungan sekolah anak dan memperbaiki atap rumah yang mau ambruk.Ketika sedang merenovasi atap rumah, di sisni terjadi keajaiban lagi . Orang -orang mengetahui jika beliau senang merenovasi rumah maka bantuan datang lagi dari arah yang tidak di sangka -sangka . Mereka membantu seikhlasnya dan jumlahmnya sebanyak 100 juta lagi. Bukan hanya atap yang direnonasi tetapi sebagian besar rumahnyan juga terenovasi .Dan Ternyata sampai sekarang masih ada yg tranfer uang tanpa di sebut nama untuk membantu kehidupan ekonomi keluarga beliau . Di sisnilah Matematika Allah bekerja. Matematika manusia yang lemah tidak sama dengan matematika Alah swt yang maha Kuasa .
Unruk bersyukur kepada Allah atas rezeki yang telah di berikan, Beliau mengajar taklim kaum ibu secara Gratis alias Cuma Cuma . Masha Allah…
Barang siapa bersyukur atas rezeki yang di berikan, maka Allah akan menmbah rezekinya lagi
Berbuat baiklah kepada siapa saja dan sekecil apapun , Insha Allah ada balasannya.Rezeki itu milik Allah, jika Allah berkehendak maka Allah akan memberi Rizki dari arah yang tidak di sangka- sangka . Matematika manusia memberi itu berati berkurang tapi bagi Allah memberi dengan Ikhlas akan menambah rezeki kita sendiri . Allah yang membalasnya dengan jumlah tak terrhingga kepada kita
Siapapun tidak boleh Takabur karena ststus / pangkat / golongan karena yang menjamin hidup itu adalah Allah swt . Maka bekerjalah dengan niat Ibadah . Karena Allah akan membeeri Rezeki dari arah mana saja dan berlipat lipat jumlahnya. Berbuat baik dengan ikhlas kepada siapapun, hal itu adalah salah satu cara untuk memperoleh ridho Nya.Bisa kita lihat dalam QS Al An’am ayat 160 Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik bahkan dalam QS Al -baqarah ayat 261 Allah menjanjikan hingga 700 kali lipat.
Hitungan manusia 10-1 = 9
Hitungan Allah 10-1 = 19 karena 1x 10 =10 , 10 + 9 = 19
bahkan bisa jadi 10 – 1 = 709 karena 1 x 700 = 700 , 700 + 9 = 709
Dalilnya Al An’am 160 dan Al BAqorah 261 sebagai berikut
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ١٦٠
Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui
Ingat rezeki itu bukan berupa uang saja tetapi kesehatan itu rezeki, waktu yang tersisa dan di gunakan buat manfaat itu rizki, sahabat yang sholeh itu rezeki ,tetangga yang baik itu rezeki , Ketenangan itu rezeki dan lain lainnya.
Semoga kisah diatas dapat menginspirasi kita untuk selalu berbuat baik, berprasangka baik dan yakin pada Allah swt yang maha Kaya.
Mohon Maaf bila ada kesalahan . Yang Benar itu datangnya dari Allah dan yang salah itu datangya dari saya pribadi.
Penulis : Endang Rahmijati
SEMANGAT BARU
Karya : Muliyanti, M.Pd
Goresan dalam lembaran masa lalu telah dilewati
Manis, pahit dan getir kehidupan sudah dinikmati
Hitam, putih dan warna-warni hidup telah menghiasi
Waktu demi waktu datang silih berganti
Cerita yang ada telah terpatri disanubari
Semangat baru telah menanti
Sambutlah dengan keikhlasan untuk meraih ridho Illahi
Sejati di Puncak: Merenung Kekuasaan Tuhan
karya : Gus Rachmat Efendi
Di puncak tinggi, langit terbentang luas,
Langkah kaki pendaki bersemangat mendaki.
Dalam hati kecilnya, pertanyaan mengalir,
Tentang kekuasaan Tuhan, tak terkira.
Dari lembah hijau hingga puncak yang terang,
Pendaki merenung, pikirannya terbang.
Di setiap batu, di setiap serambi,
Dia saksikan kebesaran-Nya, yang tiada tandingi.
Dalam gemuruh angin, di atas tebing curam,
Dia merasakan sentuhan-Nya, yang lembut dan syahdu.
Tiap langkahnya, tiap hela nafas,
Dia sadari keagungan-Nya, yang tak terlukiskan.
Pada malam yang gelap, bintang gemerlap beri tanda,
Bahwa kekuasaan-Nya, tiada terbatas pada pandangan.
Pendaki merenung, dalam sunyi yang dalam,
Dan merasa hadirnya Tuhan, dalam segala perjalanan.
Ketika mentari merambat di ufuk timur,
Pendaki mengerti, dalam hati yang tulus.
Bahwa kekuasaan Tuhan, tak hanya di puncak tertinggi,
Namun juga di setiap detik hidup yang dijalani dengan tulus.
EMANSIPASI PEWARIS NEGERI
Karya : Muliyanti, M.Pd
Kartini engkau menjadi inspirasi
Bagi kami kaum perempuan di Ibu Pertiwi
Kepedulianmu pada kaum perempuan bukti cinta pada negeri
Ragamu memang telah mati tetapi namamu tetap harum mewangi
Cita-citamu tentang emansipasi wanita telah terwujud saat ini
Bukan hanya sebuah mimpi apalagi imajinasi
Perjuanganmu akan kami lanjutkan karena kami pewaris negeri Goresan surat cintamu pada negeri akan menjadi prasasti bagi kami yang cinta negeri.